MALANG, CakrawalaTv.com – Indonesia sedang menghadapi krisis senyap berupa ledakan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, dan jantung koroner. Hanya 23% masyarakat rutin memeriksakan kesehatan, sisanya menunggu sakit datang. Celah inilah yang ditangkap oleh lima mahasiswa lintas disiplin Universitas Brawijaya denganbmenciptakan VitalSense, inovasi alat pemantau kesehatan non-invasif yang mampu mendeteksi sindrom metabolik tanpa jarum, tanpa rasa takut, dan tanpa biaya besar.
VitalSense bukan hanya karya mahasiswa, tetapi kini menjadi magnet bagi investor dan mitra strategis yang percaya pada potensinya mengubah wajah kesehatan Indonesia. Deretan nama besar telah terpikat:
✨ Investor & Mitra Utama
● Klinik Nyeri RS Universitas Brawijaya
● Klinik Utama Nurona, Kota Malang
● Klinik Universitas Brawijaya
● Endorphins Indonesia
● Respect.id Indonesia
● PT. Sonna Medika
🤝 Mitra Kerjasama Lapangan
● Pemerintah Desa & Puskesmas Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
● Pemerintah Desa & Puskesmas Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
Bayangkan, hanya dengan satu perangkat kecil, enam parameter vital tubuh bisa terbaca dalam hitungan detik: tekanan darah, nadi, glukosa, kolesterol, suhu tubuh, hingga saturasi oksigen. Tanpa jarum. Tanpa rasa takut. Tanpa ribet.
Inilah VitalSense, karya mahasiswa Universitas Brawijaya yang kini melampaui batasan riset akademik dan menjelma sebagai produk dengan daya tarik komersial besar di mata investor.
Dibangun dengan teknologi IoT dan Artificial Intelligence berbasis Random Forest, VitalSense tak hanya merekam data, tetapi juga mengklasifikasikan, mempersonalisasi, hingga memberi peringatan dini lewat aplikasi dan WhatsApp Bot.
“VitalSense memahami tubuh Anda secara personal. Kami ingin masyarakat
mendeteksi lebih awal, tanpa takut jarum atau biaya mahal,” ungkap Mochammad Saiful Anwar, inisiator ide sekaligus mahasiswa berprestasi UB.
Ketua tim, Ferdy Sofyana Tri Putra (FT UB), menegaskan:
“Kami padukan fungsi tensimeter oksimeter, glukometer, dan termometer dalam satu alat. Semua bisa digunakan, bahkan dari rumah.”
Hasil uji coba awal menunjukkan akurasi lebih dari 98%, membuatnya tak sekadar alat medis, tetapi juga produk investasi dengan nilai jual tinggi.
Kombinasi biaya operasional efisien, kemudahan penggunaan, personalisasi data, serta alert otomatis menjadikan VitalSense sebagai teknologi kesehatan yang seksi bagi investor di tengah tren digital health global.
“VitalSense bukan hanya alat, tetapi gerakan melawan budaya cuek terhadap kesehatan,” tegas Gabriella Irwana, mahasiswa kedokteran UB yang memimpin validasi klinis.
Saat dunia kesehatan masih bergulat dengan paradigma kuratif yang lambat dan mahal, VitalSense datang dengan narasi baru: pencegahan sejak dini berbasis data.
Didukung dosen lintas disiplin (teknik, kedokteran, keperawatan), VitalSense kini dipandang bukan sekadar inovasi kampus, melainkan produk visioner yang siap menembus pasar kesehatan nasional maupun global.
(Karya-CTv)