• Rab. Feb 12th, 2025

CAKRAWALA TV

MENGUNGKAP BERITA DIBALIK FAKTA

Fokus Grup Diskusi : FSP-TIM sepakat “Normalisasi Posko saveTIM menjadi Ruang Seni Alternatif”.

ByJuli

Des 14, 2024

Cakrawalatv.com – Jakarta, 13/12/24. Bertempat dilobby Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Unit Pengelola Teknis -Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki bersama dengan Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (SaveTIM) menggelar Fokus Grup Diskusi(FGD) dengan tema, “Normalisasi Posko saveTIM menjadi Ruang Seni Alternatif”. Dengan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) sebagai undangan untuk mengamati berjalannya pelaksanaan FGD tersebut.

FSP-TIM yang berisikan para seniman dari berbagai disiplin kesenian, dan aktivis pergerakan, serta para wartawan media cetak dan online, memadati lobby gedung Teater Jakarta untuk secara bersama mendudukan persoalan perihal normalisasi posko saveTIM yang akan dirubah menjadi ruang seni alternatif, dimana kegunaannya nanti akan menjadi pilihan tempat pertunjukan bagi grup/kelompok/komunitas kesenian yang terbentur perihal mahalnya gedung pertunjukan di Taman Ismail Marzuki yang harganya selangit (contoh: Graha Bhakti Budaya-red).

Imam Ma’arif selaku anggota Dewan Kesenian Jakarta komite sastra bertindak sebagai MC. Selesai menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan sambutan-sambutan dari Wakil Ketua Dewan Kesenian Jakarta serta Kepala UPT PKJ TIM, FGD berjalan.

Acara yang diadakan oleh UP PKJ – TIM itu sendiri semula, berkonsep diskusi publik. Namun, para peserta yang hadir meminta agar acara dirubah menjadi Fokus Grup Diskusi. “Seperti yang dikatakan oleh Kepala UPT PKJ TIM, Arif Rahman, beberapa waktu lalu, pada saat para seniman yang tergabung dalam saveTIM melakukan audiensi tanggal 4/12/24, diruang rapat UPT-PKJ TIM”, jelas, salah satu peserta FGD, Iwan Burnani. Kasubag TU UP PKJ-TIM, Eko Wahyu Wibowo, yang bertindak sebagai moderator serta Imam Ma’arif selaku MC menyetujui perihal perubahan acara yang awalnya diskusi publik menjadi Fokus Grup Diskusi, serta meminta Exan Zen dan Mujib Hermani untuk menjadi nara sumber pada berjalannya acara tersebut.

FGD dimulai dengan presentasi Exan Zen yang menjadi perwakilan dari FSP-TIM yang sudah menyiapkan Powerpoint mulai dari sejarah ruang-ruang alternatif yang dimiliki Taman Ismail Marzuki hingga memaparkan gagasan tentang konsep ‘ruang seni alternatif’ yang akan dibuat nantinya, diposko saveTIM. Selama presentasinya dihadapan para peserta yang hadir, Exan Zen tampak dengan gamblang dan jelas memaparkan konsep ruang seni alternatif yang akan dibuat. Bahkan, dalam prestasinya Exan Zen mengemukakan bagaimana sistem yang akan dijalankan pada ruang seni alternatif nantinya, dimana ‘kurasi’ akan menjadi bagian dari sistem yang akan diberlakukan bagi grup/kelompok/komunitas penampil yang akan melakukan pertunjukan diruang seni alternatif, itu.

Selesai Exan Zen mengemukakan presentasinya mengenai ruang seni alternatif, dan bagaimana sistem yang akan diberlakukan. Giliran, Mujib Hermani, memaparkan prestasinya. Dalam pemaparannya, Mujib, mengatakan, “Saya mengatakan bahwa kita juga dari FSP TIM. Karena kita juga pernah sama-sama berjuang untuk Taman Ismail Marzuki”, ucap, Mujib. Menjelaskan lagi, “Iya. Kami yang audiensi dengan UPT PKJ TIM ditanggal 9 Desember, kita sepakat dengan FSP TIM yang audiensi dengan UPT PKJ TIM, ditanggal 4 Desember, kemarin. Kami juga ingin mengusulkan kepada JakPro agar membuka ruang-ruang yang tidak terpakai menjadi ruang seni alternatif, seperti : Laboratorium Seni Tepat Guna (Workshop/produksi properti pertunjukan), gedung mangkrak (sebagai bagian dari ruang seni alternatif), dan Warung Seni (menjual karya), serta, permasalahan tempat sampah yang berada didepan/pintu masuk posko saveTIM.”, jelas, Mujib dalam presentasinya. Mujib, menambahkan, “Perihal kurasi agar DKJ tidak perlu terlalu intervensi, karena pertunjukan penampil bersifat pembinaan dan edukasi”, ucap, Mujib Hermani dalam presentasinya pada forum FGD.

Selesai Mujib Hermani memaparkan prestasinya, Eko Wahyu Wibowo, selaku moderator memberikan kesempatan kepada para peserta yang hadir untuk mengemukakan pendapat mereka mengenai hal-hal yang baru saja dipaparkan oleh Exan Zen dan Mujib Hermani.

Dalam penyampaian pendapat tersebut sempat terjadi ketegangan mengenai hal, kuratorial yang diberikan kepada DKJ lewat presentasi Exan Zen. Berikut adalah notulensi yang dicatat oleh Robi Tajul Arifien selaku notulen dari pihak UPT PKJ TIM : David Karo-Karo, mengatakan, saat menyatakan pendapatnya, “1. Kesenian kebudayaan telah melaju dari apa yang dibicarakan sekarang (patokan dari
UU Pemajuan Kebudayaan) coba lebih bijak dalam kurasi (jangan terlampau kaku)
DKJ memiliki banyak persoalan yang belum selesai maka dari itu benahi terlebih
dahulu DKJ. 2. Berikan kewenangan penuh kepada UP PKJ TIM sebagai pemilik Kawasan, jangan terlalu banyak intervensi. Biarkan seniman yang mengatur.”, ujar, David Karo-karo saat mengemukakan pendapatnya.

Pendapat diatas sempat disanggah oleh Aditya selaku perwakilan DKJ komite teater, “Saya berharap bang David Karo-karo menarik kembali, ucapannya. DKJ disini sebagai undangan guna mengamati jalannya pelaksanaan FGD, ini. Jika bang David Karo-karo mengatakan seperti itu, itu namanya tuduhan.”, ujar, Aditya berbicara menyanggah pernyataan yang dilontarkan David Karo-karo. Memang pada saat moderator membuka mic untuk peserta FGD menyampaikan pendapat setelah para nara sumber mempresentasikan gagasan mereka perihal ruang seni alternatif yang akan dibuat, sempat menghadirkan ketegangan karena saling-silang pendapat terjadi saat itu. Bahkan, Eko Wahyu Wibowo selaku moderator beberapa kali memberikan last time untuk peserta menyampaikan pendapatnya, namun hingga beberapa peserta selanjutnya masih ingin berbicara di mic guna mengeluarkan pendapat mereka.

Berikut adalah notulensi yang dicatat oleh Robi Tajul Arifien selaku notulen dari pihak UPT PKJ TIM :

Morgan :
1. Ingub tentang citra Kawasan bahwa semua ruang-ruang seni perlu dikurasi, Adapun
bentuk kurasi seperti apa dapat dibicarakan. Ada pemahaman yang salah (mispersepsi)
terhadap kuratorial. Tempat alternatif bukan tempat yang dapat digunakan sebebasbebasnya, harus tetap ikatan yang harus dicapai.
Boleng :
1. Kurasi ini sangat diperlukan untuk Citra Kawasan, namun apabila ada orang yang tidak
mau dikurasi dapat diarahkan ke RPTRA / PPSB agar tidak ada ugal-ugalan dalam
berkesenian di PKJ TIM.
B. Tanggapan Narasumber :
Exan Zen :
1. Masalah penamaan Ruang Alternatif dapat didiskusikan nanti (sambil berjalan)
2. Sudah dijelaskan oleh DKJ dalam hal standar kurasi berkesenian di PKJ TIM.
3. Diskusi ini ditujukan kepada UP PKJ TIM, DKJ, dan JAKPRO, dengan harapan dapat
memberikan tanggapan dari hasil diskusi pada hari ini terkait lanjutan FGD.
Mujib Hermani
1. Intinya kita sepakat untuk segera ada ruang alternatif, model pengelolaan ruang
alternatif.
2. Dalam konteks kuratorial pada ruang alternatif perlu dibicarakan Bersama.
3. POKJA perlu segera dibentuk agar tidak tertunda dan Pembangunan ruang alternatif
dapat segera berjalan
4. Perlu segera mengaktifkan ruang Wisma Seni karena akan dapat difungsikan oleh para
seniman.
Arif Rahman :
1. Seluruh masukan akan menjadi masukan UP PKJ TIM dan DKJ agar dapat ditindak
lanjuti sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
2. Rangkaian diskusi menuju Pembangunan akan tetap berlanjut pada Tahun Anggaran
yang baru (2025).
3. Perencanaan dimulai Januari dst, termasuk didalamnya desain ruang alternatif hingga
skema kuratorial sesuai kebutuhan seniman.
4. Perlu ada Tim (tenaga ahli) yang dapat terlibat dengan jumlah yang menyesuaikan
dengan kemampuan untuk mewakili Seniman dalam proses Pembangunan ruang.Jayadibumi-Red.

By Juli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *